Legenda Gunung Sindoro Sumbing

Gunung Sindoro Sumbing
Sumber Gambar : ahfatsetiawan (instagram)

Gunung Sindoro Sumbing adalah nama Gunung yang berada di kota Wonosobo berdiri gagah bagaikan saudara kembar.

Melihat dari posisi mereka yang berdekatan satu sama lainnya. Apabila kita  didaerah Kledung yaitu perbatasan antara Wonosobo dan Temanggung maka kita berada dilembah diantara kedua gunung.

Gunung ini ( Sindoro dan Sumbing ) seperti perisai ( tameng ) nya Wonosobo, seperti slogan yang terpampang di setiap gapura perbatasan yang berbunyi “ Pusakaning Dwi Pujangga Nyawiji “ yang mempunyai arti “ Dua senjata yang berada dalam satu wilayah “ yakni Wonosobo.

Namun menurut legenda yang beredar di masyarakat terutama masyarakat Wonosobo dan sekitarnya Asal Muasal Gunung sindoro dan Gunung Sumbing yaitu dari cerita rakyat setempat.

Legenda Gunung Sindoro Sumbing

Diceritakan bahwa sepasang suami istri yang bekerja sebagai petani yang hidupnya selaras dengan alur cerita alam pedesaan, setiap pagi diawali dengan mengerjakan tanah dengan cara mencangkul, menanam tanaman sampai menjelang sore hari.

lahan pertanian Gunung Sinduro Sumbing
Sumber Gambar : indramujono (instagram)

Menjelang senja sepasang suami istri ini pun pulang kerumah dan beristirahat, demikian roda kehidupan yang dijalani sepasang suami istri tersebut setiap harinya.

Mereka mempunyai dua anak laki – laki yang keduanya mempunyai watak dan sifat yang bebeda. Sang kakak mempunyai sifat yang sombong , angkuh, bertindak sembrono, grusa grusu atau terburu – buru, dan mempunyai cacat pada tubuhnya yaitu dengan adanya sobekan di bibirnya.

Sedangkan sang adik mempunyai sifat yang bijaksana, sabar, patuh terhadap orang tua dan berwajah rupawan.

Suatu ketika di saat di beri tugas oleh kedua orang tuanya untuk membantu mereka di ladang untuk bercocok tanam.

Sang kakak meskipun Dia berangkat keladang namun di perjalanan menuju ladang tidak henti – hentinya menggerutu sambil menebas – nebaskan parangnya ke kanan dan kekiri sepanjang jalan menuju ladang.

Sedangkan adiknya dengan semngat dan tanpa menggerutu mematuhi perintah orang tuanya untuk membantu nya diladang dengan perasaan senang, karena bisa meringankan pekerjaan orang tuanya agar cepat selesai.

Sesampainya mereka di ladang sang adik dengan segera melaksanakan apa yang menjadi keharusannya seperti mencangkul, mencabut rumput dan menanam benih, sementara itu sang kakak hanya mondar mandir  berkeliling ladang hanya untuk mencari buah – buahan saja.

Setiap hari apabila ada perintah dari orang tuanya untuk pergi keladang, sang kakak hanya bersantai santai saja, sedangkan sang adik tetap tekun dan rajin membantu kedua orang tuanya.

Hingga pada suatu ketika tanpa sepengetahuan kakak beradik ini, ternyata sang ayah mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh keduanya, dan ayah nya pun tahu ternyata anaknya yang kedualah yang begitu rajin membantunya sedangkan anak nya yang pertama hanya bermalas malasan.

Diamati sang ayah beberapa hari lamanya namun kebiasaan sang kakak tidak pernah berubah dan hanya bermalas – malasan yang membuat sang ayah murka dengan serta merta memukul sianak ini hingga luka yang di bibir bertambah namun karena watak sang kakak yang keras kepala maka ia melawan orang tuanya.

Hingga terjadi perkelahian di antara anak dengan ayahnya, mengetahui hal tersebut si adik berusaha melerai agar perkelahian antara ayah dan anak ini berakhir, sang ayah yang begitu murkanya terhadap perilaku sang anak pertama ini, dan akhirnya dengan suara yang lantang sang ayah mengutuknya.

Langit yang tadinya cerah lama – kelamaan menjadi mendung dan kilat saling sahut menyahut yang pada akhirnya sang kilat menyambar si anak yang durhaka ini setelah beberapa saat, ketika gemuruh hilang bebarengan hilangnya si anak durhaka ini dan berganti menjadi gunung.

Meskipun si anak ini sudah dikutuk menjadi Gunung namun sikap sombong dan congkaknya, gunung ini pun terus mengeluarkan lava pijar dari puncaknya ( mulut ) hingga membentuk banyak lembah akibat dari lava pijar tersebut.

Gunung Sumbing
Sumber Gambar : enal_arif01 (instagram)

Mengetahui hal tersebut si anak yang rajin ini pun memohon kepada ayahnya untuk di jadikan gunung juga untuk meredam amarah dari sang kakak yang sudah dulu di kutuk menjadi gunung.

Oleh sang ayah permintaan anaknya kemudian dikabulkan dengan memohon kepada Sang Pencipta untuk merubah anaknya yang kedua menjadi gunung, hingga beberapa saat terlihat cahaya putih terang yang menyilaukan mata sang ayah. Yang kemudian tidak bisa melihat akibat dari pantulan cahaya yang datang dari langit tersebut.

Setelah cahaya putih menghilang, menghilang pula anaknya yang kemudian mendapati sebuah gunung yang bagus berwarna hijau kebiruan tepat disamping Gunung Sumbing.

gunung Sindoro
Sumber Gambar : yuning_sa

Sejak saat itu, terdapat dua gunung jelmaan dari dua anak petani, yang dikemudian hari dinamakan dengan Nama Gunung Sumbing ( dalam bahasa jawa Sumbing artinya Sobek mulutnya ), dan satunya di namakan dengan Gunung Sindoro atau dalam bahasa jawa artinya lemah lembut dan berbudi luhur.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×