Gunung Guntur Menyimpan Misteri Yang Populer

gunung guntur yang indah
sumber gambar : pixabay.com

Gunung Guntur merupakan sebuah gunung yang mempunyai tipe stratovolcano dengan ketinggian mencapai 2.249 meter diatas permukaan laut. Gunung ini terletak di Sirnajaya, Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Keindahan dari Gunung Guntur memang cukup memukau dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendaki.

Namun dibalik keindahannya tersebut gunung ini memiliki banyak kisah misteri yang sampai sekarang masih belom ditemukan kebenarannya.

Penasaran ingin mengetahui misteri tersebut? mari kita simak ulasan dibawah ini.

Legenda Gunung Guntur

sultan rangga lawe gunung guntur
sumber gambar : kaskus.co.id (ilustrasi)

Pada masa kekuasaan Kerajaan Timanganten yang dipimpin oleh Sunan Rangga Lawe, Sunan tersebut memiliki saudari perempuan yang bernama Maharaja Inten Dewata yang tidak tinggal di kawasan kerajaan. Maharaja Inten Dewata tinggal disebuah pelosok desa Kerobokan bersama dengan pelayannya.

Pada suatu hari Kerajaan Timanganten mengalami kekeringan yang terjadi akibat kemarau panjang. Hingga akhirnya Sunan Rangga Lawe melihat rakyatnya hidup kekurangan air, sang Sunan memerintahkan staf dan menteri kerajaan untuk mebcari area yang tepat untuk membuat bendungan atau danau.

Setelah itu ditemukanlah kawasan yang cocok untuk membangun danau dan membebaskan rakyat Timanganten dari kekurangan air.

Namun area tersebut berada dibawah kekuasaan Maharaja Inten Dewata, Rangga Lawe mengirim utusan untuk menemui kakak nya meminta izin membangun sebuah danau.

Tetapi utusan yang diperintahkan oleh Rangga Lawe pulang dengan wajah musam karena sang kakak tidak memberi izin pembuatan danau tersebut, karena tempat itu adalah satu-satunya lahan yang dimiliki oleh Maharaja Inten Dewata.

Hal ini tidak membuat rakyat Timanganten berputus asa begitu aja, rakyat tetap berharap memiliki danau dan mendesak rajanya untuk segera membuatkan danau.

Pada akhirnya sang raja Rangga Lawe mendatangi sendiri kakak perempuannya itu dengan harapan diberi izin, namun kenyataannya Maharaja Inten Dewata tetap menolak dan tidak mengizinkan.

Rangga Lawe terus dihasut oleh menterinya untuk tetap membangun sebuah danau di lahan Maharaja Inten Dewata tersebut.

Hingga akhirnya Rangga Lawe pun terhasut dan membangun sebuah danau. Setelah selesai air pun mengalir di seluruh penjuru desa.

Hal ini membuat sang Maharaja Inten Dewara merasa bersedih dan  kecewa atas perilaku adiknya yang semena-mena.

Dengan kemarahan Maharaja Inten Dewata meninggalkan kediamannya menuju gunung kecil yang sekarang disebut dengan Gunung Putri.

Di gunung tersebut ia meminta kepada Barata Rambut Putih agar dibuatkan wadah air dan sekepal tanah.

“Saya ingin menuju gunung Kutu ( sekarang disebut Gunung Guntur ), dan saya ingin melihat kawasan Desa Kerobokan dari atas sana”. Kata sang Maharaja Inten Dewata

Setelah mendapatkan air dan juga sekepal tanah, sang Maharaja Inten Dewata bergegas menaiki gunung Kutu.

Dan setelah sampai dipuncak ia menumpahkan air yang telah dibawa dan menyebarkan tanah yang ada di kepalannya.

Seketika seluruh kawasan kerajaan Timanganten tertutup oleh awan gelap. Terjadi letusan dahsyat yang terdengar dari arah gunung Kutu, dan mengakibatkan hujan api dan batu serta menghancurkan seluruh kerajaan.

Begitu dahsyatnya letusan sehingga gunung-gunung yang ada disekitar Gunung Kutu ikut tergoyang. Setelah kejadian ini Gunung Kutu sering disebutkan dengan Gunung Guntur.

Rakyat kerajaan Timanganten merasa ketakutan dan lebih memilih meninggalkan desa itu dan mengungsi ke tempat lain.

Hingga akhirnya kawasan kerajaan Taminganten sepi tak berpenghuni. Letusan dahsyat tersebut menyapu keperadaban kerajaan Timanganten di dunia.

Kejadian ini membuat Sunan Rangga Lawe menemui sang kakak Maharaja Inten Dewata memohon ampun dan mencium kaki sang kakak. Maharaja Inten Dewata hingga akhirnya memaafkan adiknya dan bencana tersebut berhenti seketika. Namun Rangga Lawe sudah tidak memiliki kerajaan karena semuanya sudah hilang tersapu oleh bencana dari Gunung Guntur.

Di larang meniup seruling

harimau gunung guntur
sumber gambar : ilustrasi pixabay.com

Mitos larangan meniup seruling di Gunung Guntur yang dipercayai oleh masyarakat sekitar. Jika ada yang meniup seruling harimau akan bergentayangan sering menampakkan diri.

Namun mitos ini masih belum ditemukan kebenarannya. Larangan ini sering dikaitkan dengan peristiwa bersejarah zaman dahulu saat terjadinya peristiwa pemberontakan DI/TII.

Arti dari larangan ini tidak boleh ribut karena saat itu ABRI sedang mengepung gerombolan (Pasukan DI/TII).

Orang tua pada zaman dahulu menakut-nakuti anaknya dengan mitos tersebut agar tidak berisik khususnya ketika malam hari.

Benar atau tidaknya mitos dan cerita tersebut, Gunung Guntur tetaplah magnet bagi wisatawan dan para pendaki.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×