3 Wisata Gunung Latimojong Ini Terkenal Sangat Indah

Kabut pagi Gunung Latimojong
Sumber Gambar : sunrise_rentcamp (instagram)

Informasi Wisata Gunung Latimojong

Gunung Latimojong merupakan gunung yang mempunyai pesona alam yang luar biasa indahnya, banyak wisatawan yang datang kesini untuk menikmati pesona alam yang tersaji.

Wisata Desa Rante Lajang

Rante Lajang Gunung Latimojong
Sumber Gambar : fikharalpalma (instagram)

Di kawasan Gunung Latimojong  ini terdapat replika kapal, namun replika ini tidak di buat di laut, namun dibuat di kaki Gunung Latimojong.

Terletak di Desa Rante Lajang, Kecamatan Latimojong, Luwu, Sulawesi Selatan. Terdapat sebuah kapal yang terbuat dari kayu yang di letak kan di salah satu bukit Pegunungan Latimojong.

Nama kapal wisata ini oleh masyarakat sekitar di namakan wisata kapal Sawerigading. Kapal ini mempunyai panjang sekitar 12 meter, lebar 3 meter serta mempunyai tinggi sekitar 2 meter.

Pemandangan yang terlihat dari spot kapal ini ialah suasana alam yang asri yang memanjakan mata serta udara yang sejuk di daerah ini.

Para  pengunjung juga bisa menikmati kopi khas Latimojong, karena Latimojong merupakan daerah penghasil kopi terbanyak di Sulawesi.

Apabila dilihat Kapal ini terlihat menjorok keluar seakan – akan kapal akan jatuh dari ketinggian, jadi buat andrenaline pengunjung pun tertantang. di tempat ini menjadi spot terbaik untuk berswafoto.

Waktu pagi hari pengunjung bisa melihat awan putih yang menyelimuti Gunung Latimojong serta desa dan matahari terbit menjadi nilai tambah untuk bisa menjadi latar tampilan yang bagus untuk foto anda.

Replika Kapal Gunung Latimojong
Sumber Gambar : murfiah_fiah (instagram)

Selain replika kapal ditempat ini juga terdapat beberapa permainan yang bisa di gunakan oleh pengunjung, permainan – permainan yang tersedia di sini antara lain flaying Fox, Rumah Pohon, Catur Raksasa dan masih banyak lagi permainan yang tersedia yang bisa di gunakan oleh para pengunjung.

Air Terjun Sarassa

Air Terjun Sarassa Gunung Latimojong
Sumber Gambar : visit_sulsel (instagram)

Selain wisata kapal Sariwegading di kawasan Gunung Latimojong ini juga tgerdapat wisata air terjun yang taka kalah indahnya.

Air terjun Sarassa terletak di Desa Ulusalu, Kec. Latimojong, Kabupaten Luwu ini mempunyai ketinggian sekitar 100 meter.

Pesonanya sungguh mengagumkan pengunjung yang datang ke sini kerap menyebutnya sebagai air terjun kembar. Tempat ini menyuguhkan kesegaran yang membuat pengunjung betah berlama lama di sini.

wisata air Gunung Latimojong
Sumber Gambar : helloshaae (instagram)

Air terjun ini letaknya sangat mudah di jangkau, akses jalan yang menuju ke tempat wisata ini sudah bisa dilewati kendaraan apapun, jalannya yang relative mulus memudahkan para wisatawan yang ingin mengunjungi tempat ini.

Namun yang perlu di perhatiakan oleh pengunjung, bahwa kendaraan tidak bisa benar – benar sampai lokasi air terjun, namun hanya sampai di Dessa Ulu salu saja, selebihnya para pengunjung akan berjalan kaki sejauh kurang lebih 15 km.

Dalam perjalanan ke air terjun ini para pengunjung akan di manjakan dengan pesona alam yang indah serta kicauan buruang yang saling sahut – sahutan, agar perjalanan menjadi menyenangkan.

Bukit  Nona (Buntu Kabobong)

Bukit Nona Gunung Latimojong
Sumber Gambar : haripriyadi (instagram)

Bukit ini terletak di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. disebut Bukit Nona karena bentuk dari Bukit ini yang menyerupai ( Maaf ) alat kelamin wanita.

Bukit ini dapat mudah di jangkau karena posisinya yang tidak jauh dari jalan poros Makasar –  Enrekang – Tana Toraja.

Udara yang dingin di kawasan ini memang cocok dinikmati sambil minum kopi hangat sembari memandang pemandangan Bukit Nona yang dapat dilihat dari kedai – kedai kopi yang banyak di temui.

Menurut Cerita rakyat yang berada di sekitar Bukit Nona ini, Bukit ini tidak serta merta muncul begitu saja.

Namun cerita yang berkembang, dahulu di Kaki Gunung Latimojong ini terdapat suatu kerajaan yang bernama kerajaan Tindalun.

Kerajaan ini sangat sejahtera karena didukung oleh kesuburan alamnya yang melimpah, Masyarakatnya hidup rukun dan tentram.

Disuatu ketika munculah seorang anak yang berwajah tampan serta kulitnya yang putih dan bersih, anak yang diyakini oleh masyarakat datang dari langit yang menyebutnya dengan istilah To Mellao Ri Langi.

Diceritakan sebelum Masaang menemukan anak tersebut, malamnya Masaang bersama warga melihat ada api yang menyala di sekitar kampung tersebut. Karena pensaran Masaang akhirnya mendekati api yang menyala tersebut dan akhirnya menemukan anak itu yang letaknya tidak jauh dari api yang menyala.

Selang beberapa tahun kemudian Anak ini tumbuh menjadi anak yang berwajah tampan dan mulai di jodohkan dengan Putri Kerajaan Tindalun yang cantik jelita.

Bukit nona Gunung Latimojong
Sumber Gambar : ninna_nabel (instagram)

Kemudian Keduanya hidup berumah tangga dengan rukun, hingga dikaruniai seorang anak laki – laki yang bernama Kalando Palapana.

Kalando Palapana ini kemudian menjadi pewaris Tahta kerajaan Tindalun. Di bawah kepemimpinan nya Tindalun menjadi daerah yang subur berkat hasil buminya.

Namun masyarakat Tindalun menjadi lupa diri karena merasa daerahnya yang subur dan masyarakatnya menjadi kaya akhirnya masyarakatnya bertingkah laku yang sombong.

Hidup Hura – hura dan berpesta pora hingga berperilaku di luar batasan – batasan norma yang diperbolehkan oleh Agama dan Kerajaan yang berlaku pada jaman tersebut.

Perilaku yang diluar batas tersebut membuat sang Raja Gelisah karena bukan hanya masyarakat biasa aja yang melakukan penyimpangan bahkan kerabat kerajaan sendiri sepertinya melakukan hal yang sama.

Dikarenakan kegelisahan yang terus menerus menghantui sang Raja, akhirnya Raja pun memanggil semua Pejabat Kerajaan, Tokoh Agama, serta Pemuka Adat juga ikut di panggil raja untuk membahas permasalahan tersebut.

Meskipun Raja sudah berusaha untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam berperilaku masyarakatnya, namun hal tersebut tidak lah di indahkan oleh warga Kerajaan, malah semakin menjadi jadi hari demi harinya.

Pada akhirnya Tuhan pun Murka melihat perilaku masyarakat kerajaan Tindalun yang diluar batas Norma. Didatngkan lah bencana besar sehingga meluluhlantak kan Kerajaan Tindalun tersebut.

Salah satu kemurkaan Tuhan adalah mengubah seorang wanita menjadi sebuah Bukit, Bukit tersebut berbentuk ( maaf ) kelamin wanita.

Itulah Bukit Nona yang sampai saat ini dapat dilihat oleh setiap orang yang melewati Jalan Poros Makasar Enrekang, dan Bukit tersebut dinamakan dengan sebutan Bukit Nona atau Buntu Kabobong.

Jadi begitulah cerita yang turun temurun diceritakan tentang Bukit Nona, percaya atau tidak itu kembali ke pribadi masing – masing.

Yang bisa diambil hikmahnya dari cerita tersebut adalah kita tidak boleh melanggar norma Agama, Adat serta budaya yang ada yang akan membuat kerugian bukan hanya diri sendiri namun berdampak pada orang lain juga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×