Sejarah Dan Legenda Gunung Wayang 2241 mdpl

gunung wayang yang begitu memukau
sumber gambar : @_kopites_man (instagram)

Terdapat gunung yang cukup populer yang berda di Bandung Selata, Jawa Barat yaitu Gunung Wayang. Ketinggian dari Gunung Wayang mencapai 2241 meter diatas permukaan laut.

Terdapat dua gunung dan satu perbukitan yang mengapit Gunung Wayang yaitu Gunung Malabar yang terletak disisi selatan dan Gunung Papandayan yang terletak disebelah timur, serta perbukitan Anjasari yang berada di sebelah barat.

Gunung Wayang terdapat beberapa puncak gunung dan perbukitan. Di sisi lereng kaki Gunung Wayang tujuh  sumber mata air yang mengaliri setu Cisanti sebagai hulu dari sungai Citarum yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa.

Untuk menuju Gunung Wayang terdapat jalur pendakian via Ciparay yang melalui desa Pacet dan jalur via Pengalengan.

Diantara dua jalur tersebut jika ingin mencapai puncak Gunung Wayang paling cepat melalui jalur pendakian via Ciparay.

Jalur tersebut merupakan jalur terfavorit bagi para pendaki. Di balik keindahan Gunung Wayang tersimpan banyak misteri dan legenda. Penasaran dengan legenda tersebut? mari kita simak ulasannya dibawah ini.

Legenda Gunung Wayang

gunung wayang yang memukau
sumber gambar : @gan_gan_jatnika (instagram)

Gunung Wayang merupakan asal dari kata Wa dan Hyang yang memiliki arti hawa kelembutan tempat para dewa yang bermakna surga para dewa yang penuh dengan keindahan dan kelembutan.

Salah satu puncak dari Gunung Wayang arkeolog menemukan situs peninggalan yang berupa patung terbuat dari batu cadas serta terdapat beberapa makam dan juga beberapa situs yang berupa guci dengan mahkota sebuah meriam yang sangat kuno, peninggalan tersebut adalah bukti dari kerajaan.

Pada abad ke 15 Bujangga Manik yang merupakan salah satu tokoh yang memiliki kesaktian sangat tinggi dari kerajaan Sunda, ia pernah singgah di Gunung Wayang. Dipercaya bahwa terdapat sebuah peninggalan berupa tulisan yang ditulis langsung oleh Bujangga Manik pada sehelai daun lontar.

Selain sejarahnya terdapat juga cerita rakyat mengenai Gunung Wayang yang sudah sangat populer terutama kalangan masyarakat setempat.

Di ceritakan bahwa jaman dahulu terdapat seorang pangeran yang bernama Pangeran Jaga Lawang yang merupakan keturunan Ratu yang sering melakukan meditasi dalam kesunyian di Puncak Gunung Wayang.

Sang Pangeran Jaga Lawang seorang puteri yang bernama Puteri Langka Ratnaningrum. Puteri tersebut telah memiliki kekasih yang menjadi calon suaminya yaitu Gagak Taruna.

Pemuda Gagak Taruna tersebut juga sering melakukan meditasi setiap malam  Pemuda ini pekerjaan yang dilakukan setiap harinya adalah sebagai seorang petani.

Pemuda ini berencana akan menikahi kekasihnya Puteri Langka Ratnaningrum saat musim panen yang akan datang.

Pada saat Gagak Taruna tersebut melakukan meditasi, datanglah seorang wanita yang begitu cantik. Hingga membuat Gagak Taruna ini jatuh cinta kepadanya.

Namun wanita cantik tersebut secara tiba-tiba menghilang dan masuk ke dalam mata air. Gagak Taruna menyadari bahwa yang barusan ia lihat adalah sebuah godaan, hingga akhirnya Gagak Taruna menyudahi meditasi dan bergegas pulang. Namun hati dan perasaan Gagak Taruna terus memikirkan wanita cantik tersebut.

Wanita cantik tersebut sebenarnya adalah wujud bayangan dari Nyi Kantri Manik, ia adalah seorang gadis cantik yang telah meninggal dunia akibat sang pujaan hati tidak mau menepati janji untuk menikahnya.

Hal ini membuat Nyi Kantri Manik begitu kecewa dan ingin melakukan balas dendam kepada semua laki-laki yang berada disekitarnya.

Pemuda Gagak Taruna segera melangsungkan pernikahan bersama Puteri Langka Ningrum saat musim panen tiba.

Di lakukan kirab iring-iringan pengantin berjalan menuju puncak Gunung Wayang untuk melangsungkan pernikahan.

Setelah sampai di hulu Citarum, Gagak Taruna melakukan ritual nadran yaitu menebarkan bunga rampe, melati dan cempaka diatas mata air hulu Citarum.

Gagak Taruna memerintahkan pengawal dan iring-iringan lainnya untuk segera melanjutkan perjalanan. Ketika ritual nadran telah usai dilakukan, Nyi Kantri Manik kembali muncul diseberang huli Citarum dengan tersenyum indah hingga membuat Gagak Taruna tidak berdaya dengan kecantikan Nyi Kantri Manik.

Hingga akhirnya Gagak Taruna berusaha untuk menghampiri Nyi Kantri Manik dengan berjalan di dalam air, tanpa disadari akhirnya Gagak Taruna tenggelam.

Seluruh keluarga sang calon mempelai wanita gelisah dan menantikan kedatangan Gagak Taruna. Namun Gagak Taruna sudah ditemukan mengambang di hulu Citarum.

Pangeran Jaga Lawang begitu berduka dan menyesali kejadian tersebut. Hal ini membuat Pangeran Jaga Lawang melampiaskan kemarahannya dengan mengamuk dan mengobrak abrik dapur tempat penyiapan makanan untuk pesta.

kawah gunung wayang
sumber gambar : @zhenk_r (instagram)

Seluruh barang yang ada didapur dilempar dan dibanting hingga terbentuklah kawah Gunung Wayang.  Dan seluruh air serta dedaunan hingga sayuran dihempaskan hingga membentuk kawah Cibolang di Gunung Windu. Bahkan alat tabuh dilemparkan hingga membentuk Gunung Kedang.

Sang calon mempelai wanita Puteri Langka Ratnaningrum sangat bersedih, dan berjalan tak tentu arah. Tanpa disadari ternyata ia sudah berada didalam hutan.

Air mata sang Puteri terus mengucur hingga membentuk air terjun Cibeureum di Gunung Bedil.

Nayaga terus berharap jika sang Gagak Taruna datang, ia tidak mau pergi meninggalkan tempat. Maka berubah lah ia menjadi arca. Jasad dari Gagak Taruna di makamkan di hulu Ci Tarum.

Selain itu Pangeran Jaga Lawang menempa diri menyepuh hati, menghyang di Gunung Seda. Pangeran Jaga Lawang selalu menanti kedatangan Puteri Langka Ratnaningrum.

Inilah legenda mengenai Gunung Wayang yang hingga kini menjadi misteri, apabila datang bulan purnama akan terdengar suara gending gamelan yang menandakan sedang dilakukan proses penyambutan mempelai pria.

Tak hanya itu pada saat bulan purnama sering muncul kepulan asap yang bermakna sedang bermasak dan menyiapkan makanan untuk pesta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×